Posts

Dialog antaragama masyarakat Albania

Kruja G. 2020. Interfaith dialogue in Albania as a model of interreligious harmony. Journal of Ethnic and Cultural Studies, 7 (3): 76-87. DOI : http://dx.doi.org/10.2933/ejecs/377 Abstrak : Agama Kristen dan Islam telah berkembang secara berdampingan di Albania selama berabad-abad. Toleransi menjadi sebuah karakteristik bagi masyarakat Albania, yang barangkali berhubungan dengan posisi geopolitik mereka. Berada pada persimpangan Timur dan Barat menjadikan masyarakat Albania memperoleh pengaruh dari dua kawasan tersebut. Tanah Albania menjadi titik pertemuan dan pembagian dari dua kekaisaran terbesar pada Abad Pertengahan, yakni Romawi dan Bizantium. Akan tetapi, berkuasanya pemerintahan komunis dari tahun 1944 hingga 1991 membuat kegiatan beragama menjadi terhambat akibat tekanan pemerintah. Kerjasama antarberagama semenjak dibukanya kembali gereja dan masjid pada tahun 1990 menjadi sebuah ungkapan toleransi rakyat Albania meskipun pada saat itu komunis masih berkuasa. Penelitian ini

Pembatasan sosial menghambat proses belajar

Referensi : Sikhangezile M, Modise MA. 2020. Social distancing, cultural, and psychological effects on learners in a rural setting in Zimbabwe. Journal of Ethnic and Cultural Studies, 7 (3): 200-209.  DOI : http://dx.doi.org/10.29333/ejecs/503 . Abstrak : Pembatasan sosial telah terbukti menjadi sebuah reaksi yang efektif terhadap ancaman meningkatnya kasus dan kematian akibat Coronavirus (COVID-19). Krisis yang terjadi karena COVID-19 dan pembatasan sosial meninggalkan jejak yang sulit dihapuskan di dalam hati dan pikiran para peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dampak sosial-budaya dan psikologis pembatasan sosial terhadap peserta didik di negara Zimbabwe. Lingkup penelitian adalah wilayah Matabelaland North Province. Responden penelitian terdiri atas 10 peserta didik dari sekolah menengah pertama ( secondary school ) dan 10 peserta didik dari sekolah dasar ( primary school ). Data yang dikumpulkan secara elektronik digunakan untuk mengamati tindakan lockdown da

Pengelolaan hutan, perubahan iklim, dan kelimpahan populasi burung

  Referensi : Schulze ED, Craven D, Durso AM, Reif J, Guderle M, Kroiher F, Henning P, Weisberbs A, Schall P, Ammer C, Eisenhauer N. 2019. Positive association between forest management, environmental change, and forest bird abundance. Forest Ecosystems, 6 :3.  Latar belakang : Berkurangnya populasi satwa liar global, khususnya burung, terutama disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan dan bertambahnya intensitas penggunaan lahan (Parmesan dan Yohe 2003). Meskipun demikian, dampak dari cara pengelolaan untuk mitigasi hilangnya keragaman hayati pada skala regional dan global lebih sukar diamati pada kawasan perhutanan yang memiliki daerah hutan yang konstan, dan yang tidak mengalami degradasi habitat, dan di mana hutan dikelola secara berkelanjutan, seperti di Eropa Tengah atau Amerika Serikat bagian timur laut. Sebuah telaah keragaman hayati untuk negara Jerman memberikan bukti bahwa populasi burung tidak mengalami perubahan (Bundesamt fuer Naturschutz 2015). Hasil : Penelitian ini me

Simulasi fluks karbon dan air dengan Biome-BGC MuSo

  Referensi :  Min Y, Li ZY, Tian X, Zhang L, Zhou Y. 2019. Improved simulation of carbon and water fluxes by assimilating multi-layer soil temperature and moisture into process-based biogeochemical model. Forest Ecosystems, 6 :12. DOI : https://doi.org/10.1186/s40664-019-0171-5 . Latar belakang : Suhu dan kelembaban tanah merupakan indikator yang sensitif di dalam dekomposisi materi organik tanah karena keduanya mengendalkan siklus karbon dan air global dan memberikan umpan balik yang potensial bagi variasi iklim. Meskipun model Biome-Biogeochemical Cycles (Biome-BGC) telah secara luas diterapkan di dalam simulasi fluks karbon dan air hutan, modul tanah satu lapisnya tidak mampu menjelaskan variasi vertikal di dalam kelembaban tanah. Penelitian ini memperkenalkan model Biome-BGC MuSo yang terdiri atas modul tanah multi-layer dan modul-modul baru yang dapat menjelaskan fenologi dan pengelolaan untuk simulasi fluks karbon dan air. Meskipun model ini menitikberatkan pada proses-prose

Pemanfaatan ficus oleh masyarakat etnis minoritas di Myanmar

Referensi : Aye MM, Shi YX, Yang XF, Pyae PH, Thaung NO, Whitney CW, Yang YP. 2020. The uses of fig (Ficus) by five ethnic minority communities in Southern Shan State, Myanmar. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 16 :55. DOI : https://doi.org/10.1186/s13002-020-00406-z . Latar belakang : Sebagian besar wilayah negara Myanmar termasuk ke dalam Indo-Burma Biodiversity Hotspot dan tengah terancam oleh hilangnya keragaman hayati. Pengembangan sebuah kerangka yang komprehensif untuk pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang penting. Ficus merupakan spesies penting secara ekologis di Myanmar dan bermanfaat sebagai bahan makanan spiritual tradisional dan obat-obatan. Penggunaan dan pengelolaan secara tradisional ficus menjadi pemicu gagasan penyusunan kebijakan-kebijakan nasional untuk pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini merangkum ragam pengetahuan etnobotani serta berbagai praktek konservasi ficus pada lima kelompok etnis di Negara Bagian Southern Shan. Metode : Penelitian

Membatasi pemanfaatan empedu beruang untuk keberlangsungan beruang di negara Laos

Referensi : Sukanan D, Anthony BP. 2019. Community attitudes towards bears, bear bile use, and bear conservation in Luang Prabang, Lao PDR. Journal of Ethnobiologcy and Ethomedicine, 15 :15. DOI : https://doi.org/10.1186/13002-019-0292-5. Latar belakang: Empedu beruang dipercayai oleh banyak orang di kawasan Asia memiliki manfaat sebagai obat. Kepercayaan ini memicu terjadinya pemburuan besar-besaran terhadap beruang dan peternakan beruang. Di dalam kasus negara Laos, meskipun sebagian besar peternakan beruang diadakan secara legal, namun dari waktu ke waktu jumlahnya semakin banyak sehingga mengancam keberlangsungan beruang. Guna menanggulangi potensi kepunahan, Laos membangun sebuah suaka untuk beruang di Luang Prabang dengan tujuan menyediakan tempat hidup dan berkembang biak beruang. Pemahaman tentang tingkat dan sifat dukungan masyarakat setempat terhadap pembangunan suaka adalah hal yang sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang konservasi beruang.  Metode: Berpedoman pa

Kilat gempa bumi (EQL) akibat tanah longsor

Referensi : Enomoto Y, Yamabe T, Mizuhara K, Sugiura S, Kondo H. 2020. Laboratory investigation of earthquake lightning due to landslide. Earth, Planets and Space , 72:108.  DOI : https://doi.org/10.1186/s40623-020-01237-8. Abstrak . Sejumlah studi eksperimen laboratorium mengenai karakteristik-karakteristik fotoemisi batuan dilakukan untuk menjelaskan mekanisme kilat gempa bumi (EQL). Pada sebagian besar studi, granit, yang menghasilkan fotoemisi yang sangat besar, digunakan untuk menjelaskan mekanisme yang berhubungan dengan pengaruh fotoemisi eksoelektron atau pengaruh kuarsa dari piezolistrik, yang merupakan mineral konstituen dari granit. Fotoemisi yang diakibatkan oleh retakan batuan telah diamati selama terjadinya tanah longsor akibat gempa bumi. Menurut literatur  gempa bumi dari waktu ke waktu, EQL yang dsebabkan oleh tanah longsor ditemukan bahkan pada lokasi-lokasi yang tidak mengandung kuarsa. Penelitian kali ini mengamati tentang karakteristik-karakteristik fisikokimia fo